Natal merupakan momen dimana umat Kristen merayakan hari kelahiran Yesus Kristus. Tuhan Yesus Kristus telah hadir ke dunia dalam wujud manusia dan menjadi sama dengan manusia. Yesus Kristus telah menjalani kehidupan layaknya manusia pada umumnya, namun Dia tidak kehilangan kuasaNya dan hal ini terbukti dengan mujizat-mujizat yang telah dilakukanNya. Dia juga telah mengorbankan diriNya untuk disalibkan agar manusia selamat dari dosa-dosanya. Natal merupakan momen buat umat Kristen untuk bersyukur atas kehadiran dan penyelamatan oleh Yesus kepada umat manusia. Natal merupakan momen perenungan atas apa saja yang telah Tuhan Yesus berikan kepada manusia. Natal adalah momen Kristus memberi diriNya kepada dunia agar dunia ini selamat.
Namun apa yang terjadi sekarang???
Kerlip lampu di pohon cemara itu begitu indah. Hijau, biru, merah bahkan ada yang putih cemerlang. Adakah kita lihat itu semua? Natal atau perayaan hari lahir Kristus dirayakan pada tanggal 25 Desember, namun akhir-akhir ini Natal sangat diarahkan kepada materialisme saja;  belanja, sales, diskon, potongan harga menjamur dimana-mana. Bahkan, natal telah diarahkan kepada sekulerisme dimana perayaan tersebut telah menjadi pesta pora tiada henti, hura-hura atau bahkan fenomena Santa Clauss saja. Jadi, dimana makna natal yang sebenarnya diharapkan terjadi pada umat Kristen? Dimana makna natal yang sesungguhnya?
Coba renungkan, pernahkah kita memikirkan bagaimana perasaan Tuhan saat Dia memutuskan untuk turun ke dunia yang kotor dan hina oleh dosa ini? Dia Raja diatas segala raja, Dia yang Maha Kudus, Dia yang Maha Suci, Dia yang Maha kuasa, bahkan Dia sangat alergi dengan dosa, tetapi karena KasihNya akan dunia ini, maka Dia rela melakukan apa yang sesungguhnya Dia tidak suka.
Dia tidak memerlukan pesta Natal yg sangat meriah, Dia tidak memerlukan sambutan Natal yang berhura hura yang sampai harus habiskan uang ratusan juta rupiah bahkan ada yang sampai mencapai milyaran rupiah. Banyak gereja-gereja kecil dan miskin yang ingin merayakan natal, tetapi mereka tidak mampu karena tidak ada biaya. Sedangkan di kota, gereja berlomba lomba mengundang para artis dan mengadakan pesta Natal yang wah.
Ingat saja kisah persembahan janda miskin dgn persembahan orang farisi. Tuhan Yesus justru melihat kemurnian di hati si janda miskin itu, walau persembahan yang diberikannya jauh dibawah persembahan orang farisi.
Natal bukan sekedar menghias pohon cemara dengan bola dan lampu warna-warni, bukan juga sekedar baju baru atau kue-kue enak di semua pojok ruangan. Bukan pula hingar bingar perayaan, Natal adalah momen tiap pribadi bersama Tuhan. Kristus dalam kesadaran penuh merelakan diri hadir di tengah manusia. Ia mengendalikan diri-Nya untuk tidak pamer kekuasaan sebagai Raja atau Tuhan (Dia lahir di kandang domba). Natal adalah momen Kristus memberi diriNya kepada dunia. Itulah yang perlu diteladani.
Jadi makna Natal yang sesungguhnya adalah memberi (berbagi). Berbagi doa, berbagi kasih, berbagi suka cita. Tidak perlu menjadi kaya raya untuk memberi, hati yang kaya akan kasih tidak akan pernah habis untuk selalu berbagi. Perayaan Natal memang tak hanya tentang perayaan yang meriah dan mewah. Tapi lebih ke bagaimana umat Kristiani memahami makna dari natal itu sendiri, yaitu tentang kesederhanaan, kerendahan hati, dan kebaikan dari Yesus yang dapat menjadi panutan bagi umat-Nya.

Merry Christmas



Leave a Reply

Komentar anda akan membantu saya memperbaiki artikel saya.