Setiap orang pasti pernah punya keinginan untuk menjadi pemimpin. Baik menjadi pemimpin apapun. Ketua kelas, kapten tim sepakbola, kapten tim basket, ketua OSIS, ketua organisasi, pemimpin partai, pemimpin negara, atau bahkan pemimpin dalam keluarga. Pada umumnya setiap anak kecil pasti punya keinginan untuk menjadi pemimpin diantara teman-temannya. Mereka ingin didengarkan, mereka ingin dekat dengan semua temannya, mereka juga ingin dipercaya oleh orang yang lebih tua dari mereka. Saat mereka ditanya tentang cita-cita, pasti mereka menjawab pekerjaan yang seputar pemimpin seperti, presiden, polisi, tentara, dll. Namun mengapa saat mereka beranjak dewasa mereka menjadi seperti takut untuk mewujudkan mimpi mereka? Jika anda bertanya pada remaja siapa yang ingin menjadi presiden pasti hanya satu atau dua orang yang ingin. Bandingkan dengan ketika anda bertanya pada anak-anak. Apa bedanya?
                Saat kita kecil, kita dicekoki dengan kata-kata yang mengatakan kita harus bermimpi setinggi mungkin. “Jangan takut bermimpi”, itu yang sering dikatakan oleh guru SD saya dan setiap ada yang mengatakan apa mimpinya pasti diiringi dengan doa dan pujian dari sang guru. Namun ketika saya mulai masuk SMP, ketika ada yang berkata ingin menjadi presiden, guru saya berkata “cita-cita kalian harus realistis”, seakan-akan mimpi menjadi presiden itu tidak realistis bagi anak desa seperti kami. Hal ini menyebabkan beberapa teman saya tidak lagi ingin menjadi presiden.
                Hal apa yang saya lihat dalam kejadian diatas ialah perbedaan sikap kepemimpinan guru saya. Kedua ucapan guru saya memang benar. Kita jangan takut bermimpi dan mimpi kita harus realistis, namun pengucapan kedua kalimat ini perlu memerhatikan situasi dan kondisi.
                Leadership is influence. Setiap pemimpin yang baik adalah orang yang mampu menyentuh setiap anggotanya sampai bagian yang terendah. Kedua guru saya telah berhasil meng-influence kami siswanya dengan kalimat mereka.
                Setiap orang memiliki jiwa kepemimpinan dalam diri masing-masing. Hanya saja tidak semua orang mengasah dan mempergunakan jiwa kepemimpinan mereka dengan baik dan benar.
                Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu melahirkan pemimin yang lebih hebat daripada dirinya. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa dipercaya.
                ‘cause leadership is influence, so let the integrity in yourself be influenced to the other people.
LEADERSHIP IS ABOUT INFLUENCE!

Natal merupakan momen dimana umat Kristen merayakan hari kelahiran Yesus Kristus. Tuhan Yesus Kristus telah hadir ke dunia dalam wujud manusia dan menjadi sama dengan manusia. Yesus Kristus telah menjalani kehidupan layaknya manusia pada umumnya, namun Dia tidak kehilangan kuasaNya dan hal ini terbukti dengan mujizat-mujizat yang telah dilakukanNya. Dia juga telah mengorbankan diriNya untuk disalibkan agar manusia selamat dari dosa-dosanya. Natal merupakan momen buat umat Kristen untuk bersyukur atas kehadiran dan penyelamatan oleh Yesus kepada umat manusia. Natal merupakan momen perenungan atas apa saja yang telah Tuhan Yesus berikan kepada manusia. Natal adalah momen Kristus memberi diriNya kepada dunia agar dunia ini selamat.
Namun apa yang terjadi sekarang???
Kerlip lampu di pohon cemara itu begitu indah. Hijau, biru, merah bahkan ada yang putih cemerlang. Adakah kita lihat itu semua? Natal atau perayaan hari lahir Kristus dirayakan pada tanggal 25 Desember, namun akhir-akhir ini Natal sangat diarahkan kepada materialisme saja;  belanja, sales, diskon, potongan harga menjamur dimana-mana. Bahkan, natal telah diarahkan kepada sekulerisme dimana perayaan tersebut telah menjadi pesta pora tiada henti, hura-hura atau bahkan fenomena Santa Clauss saja. Jadi, dimana makna natal yang sebenarnya diharapkan terjadi pada umat Kristen? Dimana makna natal yang sesungguhnya?
Coba renungkan, pernahkah kita memikirkan bagaimana perasaan Tuhan saat Dia memutuskan untuk turun ke dunia yang kotor dan hina oleh dosa ini? Dia Raja diatas segala raja, Dia yang Maha Kudus, Dia yang Maha Suci, Dia yang Maha kuasa, bahkan Dia sangat alergi dengan dosa, tetapi karena KasihNya akan dunia ini, maka Dia rela melakukan apa yang sesungguhnya Dia tidak suka.
Dia tidak memerlukan pesta Natal yg sangat meriah, Dia tidak memerlukan sambutan Natal yang berhura hura yang sampai harus habiskan uang ratusan juta rupiah bahkan ada yang sampai mencapai milyaran rupiah. Banyak gereja-gereja kecil dan miskin yang ingin merayakan natal, tetapi mereka tidak mampu karena tidak ada biaya. Sedangkan di kota, gereja berlomba lomba mengundang para artis dan mengadakan pesta Natal yang wah.
Ingat saja kisah persembahan janda miskin dgn persembahan orang farisi. Tuhan Yesus justru melihat kemurnian di hati si janda miskin itu, walau persembahan yang diberikannya jauh dibawah persembahan orang farisi.
Natal bukan sekedar menghias pohon cemara dengan bola dan lampu warna-warni, bukan juga sekedar baju baru atau kue-kue enak di semua pojok ruangan. Bukan pula hingar bingar perayaan, Natal adalah momen tiap pribadi bersama Tuhan. Kristus dalam kesadaran penuh merelakan diri hadir di tengah manusia. Ia mengendalikan diri-Nya untuk tidak pamer kekuasaan sebagai Raja atau Tuhan (Dia lahir di kandang domba). Natal adalah momen Kristus memberi diriNya kepada dunia. Itulah yang perlu diteladani.
Jadi makna Natal yang sesungguhnya adalah memberi (berbagi). Berbagi doa, berbagi kasih, berbagi suka cita. Tidak perlu menjadi kaya raya untuk memberi, hati yang kaya akan kasih tidak akan pernah habis untuk selalu berbagi. Perayaan Natal memang tak hanya tentang perayaan yang meriah dan mewah. Tapi lebih ke bagaimana umat Kristiani memahami makna dari natal itu sendiri, yaitu tentang kesederhanaan, kerendahan hati, dan kebaikan dari Yesus yang dapat menjadi panutan bagi umat-Nya.

Merry Christmas





                Terkadang saat kita merasa tidak puas dengan kondisi kita saat ini, kita cenderung akan depresi ketimbang memikirkan cara bagaimana agar kita bisa keluar dari kondisi tersebut. Padahal kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik dengan mencoba hal baru dan mampu menunjukan mental juara kita.
                  Jangan terlalu sering menunjukkan mental pecundang kita.
                Ada beberapa hal yang membedakan orang dengan mental pemenang dan mental pecundang, yaitu:
MENTAL PEMENANG
1. ORANG YANG TAAT KEPADA TUHAN
2. ORANG YANG TIDAK PERNAH MENGELUH DAN TIDAK PERNAH MENYERAH
3. ORANG YANG SELALU BERTUMBUH DARI HARI KE HARI
4. ORANG YANG SUKA DAN MAMPU MENYEMANGATI ORANG LAIN
5. ORANG YANG SELALU BERUSAHA BAHAGIA

Sedangkan yang satunya:
MENTAL PECUNDANG
1. ORANG YANG SERING IRI
2. ORANG YANG SUKA MENCEMOOH
3. ORANG SERING MENGGERUTU
4. ORANG YANG SULIT SENYUM
               Jadi sekarang renungkan kita ada di bagian mana dan setelah itu tentukan pilihan kita apakah tetap pada pilihan itu atau tidak.
            Ingat, jika ingin menjadi pemenang, jangan terlalu sering menampilkan mental pecundang dalam keseharian kita.
'cause we know we can fill these blanks with our name.