“Suatu
hal akan terasa penting setelah kita tidak memilikinya lagi”.
Saya
tidak tahu siapa yang pertama kali mengucapkan kalimat ini. Yang pasti dia
tidak mungkin mengatakannya tanpa alasan atau bahkan tanpa pernah mengalami sebelumnya.
Namun mengapa hal seperti ini bisa sampai terjadi? Apakah kita bodoh? Atau
apa???
Jawabannya
tidak. Untuk hal ini tidak ada hubungannya dengan intelektual seseorang, namun
lebih ke bagaimana kita menganggap suatu hal itu ada dan itu penting bagi kita.
Mungkin kita pernah melihat atau mengetahui bahwa ada 2 orang yang sedang
pacaran yang kemudian berakhir karena ada yang selingkuh, namun beberapa waktu
kemudian yang selingkuh tadi kembali dan menginginkan hubungan mereka yang
kandas sebelumnya dilanjutkan kembali. Atau kita pernah memiliki suatu barang
yang tidak pernah kita pergunakan sama sekali, lalu seseorang memintanya dan
dengan senang hati kita memberinya. Namun ternyata di tangan orang itu barang
tersebut menjadi suatu barang yang sangat berguna. Tentu ada suatu keinginan di
hati kecil kita untuk memiliki kembali barang tersebut walaupun itu tidak
mungkin. Mungkin kita akan berkata itu hal bodoh, tapi yang terpenting mengapa
hal-hal seperti ini sampai terjadi?
Sense
of belonging atau rasa memiliki. Ini dia jawabannya teman. Kita belum memiliki
sifat ini dalam diri kita masing-masing. Kita menganggap hal-hal kecil yang ada
di sekitar kita itu bukanlah hal penting. Kita terlalu sering mengabaikan hal
kecil, padahal kita tidak akan terjatuh oleh batu besar, melainkan karena batu
kecil.
Sense
of belonging itu dimulai dari hal kecil. Tidak perlu berkoar dengan berkata
“DAMN, I LOVE INDONESIA!!!” padahal kita tidak memelihara sarana umum, padahal
kita membuang sampah sembarangan, masih ada tawuran, masih ada pengrusakan oleh
massa, dan lainnya. Tidak perlu berkoar “AKU CINTA KOTAKU” padahal kita tidak
mau berpartisipasi dalam pemilu, padahal kita hanya menyebarkan hal yang tidak
benar tentang para pemangku jabatan, padahal kita hanya bisa menuntut tanpa
memberi suatu solusi. Ada yang berkata “AKU CINTA KELUARGAKU” namun mengapa
masih ada pencurian, korupsi, tawuran antar warga atau antar pelajar? Apakah
keluarga mereka bangga akan hal itu atau sebaliknya? Bahkan ada yang berkata
“TUBUHKU ADALAH ISTANAKU”, namun mengapa masih ada yang merokok, memakai
narkoba, miras, dan lainnya?
Mungkin
kita akan berkata, semua orang yang melakukan hal diatas tidak akan mengucapkan
kalimat tersebut, namun bukankah disekitar kita juga ada yang melakukan hal-hal
tersebut. Bukankah kita juga punya teman, rekan, pacar atau bahkan keluarga
yang melalukan hal tersebut? Jadi apa guna kita? Bukankah mereka juga bagian
dari kehidupan kita? Mengapa kita baru merasa memerlukan mereka setelah mereka
tidak bersama kita?
Ya
benar, semua hal diatas terlalu jauh dari pemikiran kita. Namun walaupun kita
berpikir begitu, cobalah menumbuhkan sense of belonging kita kepada saudara
kita itu.
Kemudian,
apakah sense of belonging hanya dipraktikkan kepada sesama manusia? Tidak
kawan. Hal itu juga perlu ditunjukkan kepada benda-benda di sekitar kita,
seperti air, listrik, dan lainnya. Loh??? Maksudnya??? Jangan bosan dulu, baca
cerita dibawah ini.
Lamhot
adalah seorang pekerja keras dan dia sudah bekerja selama empat tahun di
perusahaan Mumbang Lonong. Lalu suatu hari atasannya mengatakan bahwa dia dan
seorang rekannya dipertimbangkan untuk sebuah promosi jabatan di perusahaan
mereka. Lamhot merasa yakin akan terpilih karena dia merasa tidak pernah
melakukan kesalahan selama bekerja disana. Akhirnya Lamhot tidak terpilih, maka
dia pun menanyakan alasannya. Atasannya menjawab, “Kamu sudah melakukan
pekerjaanmu dengan baik, namun saya sering memperhatikan kamu tidak mematikan
listrik di ruanganmu saat selesai bekerja, kamu juga sering meninggalkan kran
air di WC tetap mengalir. Lamhot, keberhasilan seseorang dalam melaksanakan
perkara besar dimulai dari keberhasilan dalam perkara kecil”.
Ini
bukan hanya ilustrasi, namun hal memang terjadi beberapa kali di berbagai
perusahaan. Jadi, sense of belonging pada diri kita masing-masing perlu semakin
dioptimalkan. Segala sesuatu yang ada di sekitar kita itu akan menentukan jadi
apa kita di waktu yang akan datang.
ya,itu memang benar.Semuanya itu memang dimulai dari diri kita sendiri(internal) dan hal itu berhubungan dengan pembentukan karakter yang dimulai sejak kecil.Untuk membuat hal tersebut menjadi bagian dari hidup kitalah sebagai agent control social and agent of changes yang mengupayakannya.Dimulai dari diri kita yang terwujud dalam setiap tindakan kita dan kitalah yang memengaruhi masyarakat di lingkungan sekitar kita.
BalasHapusSetuju banget saudari. Mahasiswa harus berusaha mewujudkan semua hal tersebut.
HapusLike this...
BalasHapusThanks ya dro
HapusThis Is About Character Building....
BalasHapusSuper Sekali.....
Salam semangat saudara
Hapus