Mungkin masing-masing kita memiliki sahabat yang hampir selalu ada buat kita, baik saat sedih maupun senang. Namun sekarang saya hanya mau bicara singkat saja. Ini tidak akan panjang seperti yang sebelumnya. Mari kita mulai.
     
Ada yang percaya ga klo sahabat itu adalah seorang pembunuh, pencuri, pembajak, teroris, penjudi, pecandu, dan orang yang paling pantas dipenjarakan???
      .
      .
      .
      .
      .
Ini buktinya.....


      Sahabat adalah pembunuh, pembunuh kesepian dalam diri. Sahabat juga pencuri, pencuri perhatian kita untuk hal yang menggembirakan. Sahabat pasti pembajak, pembajak atas segala tingkah laku kita demi mempererat kebersamaan. Sahabat juga teroris, peneror semua hal yang mengganggu kita. Sahabat juga pecandu, pecandu segala curahan hati kita setiap saat. Makanya sahabat adalah org yg paling pantas dipenjarakan, dipenjarakan dalam hati kita untuk dikenang seumur hidup.....
      Tahukah anda bahwa ada beberapa hadiah terbaik di dunia ini?????
      Ini dia...

Pada musuh - maaf
Pada ketua - rasa hormat
Pada yg muda - contoh terbaik
Pada yg tua - penghargaan
Pada pasangan - cinta & ketaatan
Pada manusia - kebebasan
"Pada kawan - kesetiaan"

      Terimakasih sahabat.
:)



            “Suatu hal akan terasa penting setelah kita tidak memilikinya lagi”.
             Saya tidak tahu siapa yang pertama kali mengucapkan kalimat ini. Yang pasti dia tidak mungkin mengatakannya tanpa alasan atau bahkan tanpa pernah mengalami sebelumnya. Namun mengapa hal seperti ini bisa sampai terjadi? Apakah kita bodoh? Atau apa???
            Jawabannya tidak. Untuk hal ini tidak ada hubungannya dengan intelektual seseorang, namun lebih ke bagaimana kita menganggap suatu hal itu ada dan itu penting bagi kita. Mungkin kita pernah melihat atau mengetahui bahwa ada 2 orang yang sedang pacaran yang kemudian berakhir karena ada yang selingkuh, namun beberapa waktu kemudian yang selingkuh tadi kembali dan menginginkan hubungan mereka yang kandas sebelumnya dilanjutkan kembali. Atau kita pernah memiliki suatu barang yang tidak pernah kita pergunakan sama sekali, lalu seseorang memintanya dan dengan senang hati kita memberinya. Namun ternyata di tangan orang itu barang tersebut menjadi suatu barang yang sangat berguna. Tentu ada suatu keinginan di hati kecil kita untuk memiliki kembali barang tersebut walaupun itu tidak mungkin. Mungkin kita akan berkata itu hal bodoh, tapi yang terpenting mengapa hal-hal seperti ini sampai terjadi?
            Sense of belonging atau rasa memiliki. Ini dia jawabannya teman. Kita belum memiliki sifat ini dalam diri kita masing-masing. Kita menganggap hal-hal kecil yang ada di sekitar kita itu bukanlah hal penting. Kita terlalu sering mengabaikan hal kecil, padahal kita tidak akan terjatuh oleh batu besar, melainkan karena batu kecil.
         Sense of belonging itu dimulai dari hal kecil. Tidak perlu berkoar dengan berkata “DAMN, I LOVE INDONESIA!!!” padahal kita tidak memelihara sarana umum, padahal kita membuang sampah sembarangan, masih ada tawuran, masih ada pengrusakan oleh massa, dan lainnya. Tidak perlu berkoar “AKU CINTA KOTAKU” padahal kita tidak mau berpartisipasi dalam pemilu, padahal kita hanya menyebarkan hal yang tidak benar tentang para pemangku jabatan, padahal kita hanya bisa menuntut tanpa memberi suatu solusi. Ada yang berkata “AKU CINTA KELUARGAKU” namun mengapa masih ada pencurian, korupsi, tawuran antar warga atau antar pelajar? Apakah keluarga mereka bangga akan hal itu atau sebaliknya? Bahkan ada yang berkata “TUBUHKU ADALAH ISTANAKU”, namun mengapa masih ada yang merokok, memakai narkoba, miras, dan lainnya?
          Mungkin kita akan berkata, semua orang yang melakukan hal diatas tidak akan mengucapkan kalimat tersebut, namun bukankah disekitar kita juga ada yang melakukan hal-hal tersebut. Bukankah kita juga punya teman, rekan, pacar atau bahkan keluarga yang melalukan hal tersebut? Jadi apa guna kita? Bukankah mereka juga bagian dari kehidupan kita? Mengapa kita baru merasa memerlukan mereka setelah mereka tidak bersama kita?
           Ya benar, semua hal diatas terlalu jauh dari pemikiran kita. Namun walaupun kita berpikir begitu, cobalah menumbuhkan sense of belonging kita kepada saudara kita itu.
      Kemudian, apakah sense of belonging hanya dipraktikkan kepada sesama manusia? Tidak kawan. Hal itu juga perlu ditunjukkan kepada benda-benda di sekitar kita, seperti air, listrik, dan lainnya. Loh??? Maksudnya??? Jangan bosan dulu, baca cerita dibawah ini.
       Lamhot adalah seorang pekerja keras dan dia sudah bekerja selama empat tahun di perusahaan Mumbang Lonong. Lalu suatu hari atasannya mengatakan bahwa dia dan seorang rekannya dipertimbangkan untuk sebuah promosi jabatan di perusahaan mereka. Lamhot merasa yakin akan terpilih karena dia merasa tidak pernah melakukan kesalahan selama bekerja disana. Akhirnya Lamhot tidak terpilih, maka dia pun menanyakan alasannya. Atasannya menjawab, “Kamu sudah melakukan pekerjaanmu dengan baik, namun saya sering memperhatikan kamu tidak mematikan listrik di ruanganmu saat selesai bekerja, kamu juga sering meninggalkan kran air di WC tetap mengalir. Lamhot, keberhasilan seseorang dalam melaksanakan perkara besar dimulai dari keberhasilan dalam perkara kecil”.
           Ini bukan hanya ilustrasi, namun hal memang terjadi beberapa kali di berbagai perusahaan. Jadi, sense of belonging pada diri kita masing-masing perlu semakin dioptimalkan. Segala sesuatu yang ada di sekitar kita itu akan menentukan jadi apa kita di waktu yang akan datang.
           Sense of belonging itu milik kita bersama dan itu open source.


                     Mau jadi apa sih??? 
                    
Setiap kali pertanyaan ini dilontarkan pada seorang mahasiswa, terutama mahasiswa baru, pasti jawabannya sangat bervariasi dan pasti penuh impian. Ada yang berkata ingin meraih banyak prestasi selama dia menjadi mahasiswa, ada juga yang berkata ingin memulai usaha sendiri sejak masih kuliah, atau ada juga yang berkata ingin memulai usaha bersama rekan-rekannya semasa kuliah, dan masih banyak lagi. Namun, yang menjadi pertanyaan ialah bagaimana usaha kita dalam membangun dan meraih segala mimpi kita?
                Ada kalimat yang berkata “Kamu adalah apa yang kamu pikirkan”. Kita adalah apa yang ada dalam pikiran kita masing-masing. Jika kita berpikir kita bisa, kita pasti bisa, no matter what happen. Namun jika dari awal kita sudah berpikir kita tidak akan berhasil, bahkan sebelum kita memulainya pun kita sudah gagal.
                Ada lagi kalimat yang berkata “Lemparkanlah impianmu sejauh mungkin sampai ke bulan, kalaupun meleset, impianmu akan sampai diantara bintang-bintang”. WOW!!!!! Sebegitu hebatnya impian kita mampu membawa kita mengalami berbagai hal yang hebat.
              
  Namun, jika hanya dengan seperti itu saja kita bisa meraih impian kita, untuk apa kita menuntut ilmu sampai kuliah? Bahkan ada yang sampai merantau. Toh, banyak juga pemimpin perusahaan yang merupakan orang-orang yang di DO dari kampusnya. Mungkin kita pernah berpikir, “Bill Gates, Mark Zuckerberg, dan lainnya merupakan contoh yang tidak harus kuliah namun bisa berhasil, itu artinya saya juga bisa seperti mereka???”. Jujur, saya juga pernah berpikir demikian, namun mari kita cermati beberapa hal. Pertama, pada umumnya mereka memiliki IQ diatas rata-rata sehingga mereka tidak ingin selalu terikat dengan rutinitas yang menurut mereka tidak harus mereka lewati. Kedua, mereka memiliki modal yang cukup dan jaringan yang kuat untuk memulai suatu usaha sendiri. Ketiga, kita jangan hanya melihat saat mereka sukses saja, tapi coba lihat bagaimana usaha mereka saat usaha mereka hampir mati. Apakah kita bisa sekuat mereka? Semua usaha mereka tersebut hanya bisa diterapkan pada saat mereka mengalaminya dan anda tidak bisa menerapkan konsep yang sama saat ini karena mungkin sudah tidak sesuai dengan situasi saat ini. Mereka tidak mungkin mencapainya dengan mudah. Mereka bahkan mencapainya dengan lebih keras daripada kita pada umumnya. Jika ada diantara kita yang masih tetap ingin mencapai impian kita dengan cara yang mereka tempuh, saya sangat mengapresiasinya dan saya doakan anda bisa sukses.
                Lalu untuk apa kita menuntut ilmu sampai kuliah??? Karena kita perlu ilmu. Kita butuh ilmu untuk bisa mencapai impian kita. Saya yakin impian kita semua tidak hanya sebatas menjadi seorang yang berhasil lulus semua tingkatan pendidikan namun tidak pernah mempraktikkannya langsung dalam bentuk pekerjaan. Kuliah itu hanya sarana untuk kita mencapai impian kita.
                Ingat! Semua impian kita, mulai dari yang hampir mustahil sampai yang paling mungkin terealisasi, itu bisa kita capai dengan sebuah kesungguhan tekad yang diiringi oleh doa. Tidak penting berapa kali kita jatuh dalam mencapai impian kita, namun jauh lebih penting berapa kali kita bangun dan bangkit dari kejatuhan itu dan kembali mencapai impian kita.
                Jangan pernah takut bermimpi. Impian yang membuat kita tetap hidup. Saat kita sudah tidak memiliki impian, jadi untuk apa kita masih ada di dunia ini? Impian yang memberi kita semangat menjalani hari-hari kita.
                Tetap nyalakan api impianmu!!!
                Jangan pernah biarkan dia padam!!!